Pengetahuan Baru

Kamis, 01 Oktober 2015

Puisi Untuk Ibu

Puisi Untuk Ibu
MAAFKAN
Rapuh terasa dalam diri
karena aku hanya bisa membuatmu menangis
aku tak pernah bisa membuatmu bahagia
aku hanya bisa mengecewakan semua harapan-harapanmu
Kisah itu telah lama kututupi darimu
namun memang ada saatnya dimana kau akan tau semua
dan pada akhirnya, kecewa yang kau dapat dariku
masih pantaskah aku memanggilmu mama?
sedang aku tak pernah pantas untuk menjadi anakmu
pantaskah aku menjadi seorang anak dari ibu yang begitu sempurna sepertimu?
pantaskah aku menjadi buah hati kesayanganmu?
sedang yang kulakukan hanya selalu buatmu kecewa
Kesalahan ini begitu besar,
malu rasanya aku untuk pulang dan membayangkan aku akan menatap wajahmu yang penuh kekecewaan terhadapku
malu rasanya aku untuk berbicara denganmu membayangkan kau takkan ceria seperti biasanya mengingatku mengecewakanmu
mama,
kini aku merasa menjadi anak yang begitu tidak berguna,
mungkinkah ku akan pulang?
aku rasa tak sanggup untuk pulang
aku rasa aku tak pantas untuk datang lagi menginjak rumah indah yg penuh kehangatan keluarga
Mamaa…
Maaf,,, :'(
Maaf,,, :'(
Maaf,,, :'(
mungkin maafku tak berarti lagi,
tapi aku hanya bisa mengucapkan maaf,
entah harus bagaimana aku menebus kesalahankum
Tapi, Maafkan Aku…
Maafkan – oleh Alvia Destiara
Sukabumi

JIWA TERINDAH
Terlihat senyum tulusmu
Terasa doamu yang tak pernah henti
Tercipta kasih sayang tulusmu
Tak akan tergantikan
Wahai kau wanita terhebat
Kaulah segalanya untukku
Di saat ku bahagia
Air mata kebahagiaan terpancar bersinar
Di saat ku sedih
Air mata doamu tiada pernah berhenti
Tiada pernah mengeluh
Tiada pernah kecewa
Tiada pernah lelah
Jiwamu sungguh indah
Akan selalu ku ingat
Cerita ini akan selalu ku kenang
Engkau selalu ku doakan sepanjang hidupku
wahai kau wanita terhebat, IBU
Jiwa Terindah – oleh Dudy
Bandung


AKU RINDU IBU
Dinginnya malam mencengkam kalbu
Membuka lembaran ingatan tentangmu yang kini jauh di ujung pulau
Sebelum mata terpejam, ku pinjam sepenggl waktu tuk memeluk bayangmu
Bersama sejuta rindu melebur dlm tarian pena berkepalah biru
Bayangan wajah kusut memenuhi kantong ingatanku
Engkau yg tidurnya tak kenal lelap kala malam menyapa
Engkau yg mendahului sang mentari sebelum pagi mengepkan sayapnya
Tak pernah mengeluh dlm gelap, tak pernah berkeluh kesah dlm senyap
Kulit yg dulu mulus, kini dipenuhi guratan” halus bagaikan benang sutra yg tak ternilai harganya
Rambut yg dulu hitam kemilau, kini sedikit demi sedikit dihinggapi uban
Sengatan raja siang, rintik hujan, tak henti menghujam
Tak jua redup kobaran api semangat juangmu
Engkau pahlawan hidupku, akankah kupijaki surga?
Bilur”luka menganga, ditikam tingka jahilku
Miliaran kata, merobek jiwa bijakmu
Akankah kutemui bahagia di akhir nafasku?
Di ujung malam ini, ku menyapamu lewat untaian sairku
Lewat desauan sang bayu, ku bingkiskan kidung kerinduan
Jika Chairil Anwar ingin hidup seribu thn lg, maka aku ingin hidup selamanya hnya untk memelukmu
Engkau cinta pertamaku, aku mencintaimu kemarin, hari ini, esok, dan hingga Tuhan cemburu melihatnya
Aku Rindu Ibu – oleh Watowuan Tyno
Makassar
https://watowuan.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar